Senin, 09 Mei 2011

behaviorisme dabn strukturalisme

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Psikologi adalah pengetahuan tentang jiwa manusia. Oleh karena itu jiwa merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa yang memateri” atau “jiwa yang menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia sepanjang hidupnya.

Untuk memahami tingkah laku manusia, sebenarnya diperlukan pula bantuan macam-macam ilmu pengetahuan. Disatu pihak, fisiologi juga mempelajari tingkah laku manusia, dengan menitikberatkan sifat-sifat yang khas dari organ-organ dan sel-sel yang ada dalam tubuh. Dipihak lain sosiologi mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku dan perbuatan manusia dengan menitikberatkan pada masyarakat atau kelompok social sebagai satu kesatuan.
Untuk mengetahui itu semua, maka diterapkanlah teori behaviorisme dan teori struturalisme untuk menjawab sebagian pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tingkah laku seseorang dalam belajar.

1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa definisi teori behaviorisme?
2. Bagaimana aplikasinya dalam dunia pembelajaran?
3. Bagaimana ciri berfikir behaviorisme?
4. Bagaimanakah teori behaviorisme dam pemerolrhan bahasa?
5. Apa devinisi teori strukturalisme?
6. Bagaimana aplikasi teori strukturalisme dalam dunia pembelajaran?
1.3. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui definisi teori behaviorisme.
2. Untuk mengetahui aplikasinya dalam dunia pembelajaran.
3. Untuk mengetahui ciri berfikir behaviorisme.
4. Untuk mengetahui hubungan teori behaviorisme dalam pemerolehan bahasa.
5. Untuk mengetahui teori strukturalisme .
6. Untuk mengetahui Aplikasi teori strukturalisme.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI TEORI BEHAVIORISME
Behaviorisme adalah sebuah teori pembelajaran dengan rumus sebagai berikut: Stimulus, Respon, Perubahan tingkah laku, Penguatan. Teori ini lebih mementingkan respon yang dihasilkan. Input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon yang menghasilkan perubahan tingkah laku adalah bagian yang terpenting. Karena bagian ini yang akan diamati dan dibuktikan secara empiris. Sedangkan proses pembelajaran tidak dianggap penting sama sekali. Selain dari faktor stimulus (input) dan respon (output), faktor lain yang juga dianggap penting adalah penguatan (reinforcement). Teori ini dipelopori oleh Pavlov, Watson, Hull, Guthrie dan Skinner. Setiap dari pelopor – pelopor ini memberikan kontribusi yang kuat bagi perkembangan teori ini dari awal perkebangannya hingga sekarang.
2.2 PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
3. mementingkan pembentukan kebiasaan.

2.3 KERANGKA BERFIKIR TEORI BEHAVIORISME
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.


2.4 APLIKASI DALAM BEHAVIORISME MELALUI KASUS PEMBELAJARAN
Dalam behaviorisme, seorang guru selaku pengajar dan pengawas jalannya pembelajaran memiliki kemiripan dengan seorang peneliti yang akan meneliti objek penelitiannya. Dimana seorang peneliti akan mengambil jarak atau distansi penuh dengan objeknya, bersikap netralitas, memanipulasi, merumuskan hukum – hukum, bebas kepentingan, universal dan instrumental terhadap objeknya. Dalam hal ini guru juga berlaku hal yang sama terhadap siswa – siswi didiknya. Penulis mengambil contoh kasus dalam pembelajaran musik yang menggunakan pendekatan teori behaviorisme.
Ketika seorang guru ingin mengajarkan bagaimana mengajarkan tangga nada kepada muridnya, ia akan mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan fisik jari murid – muridnya dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh tiap murid dengan sikap berjarak. Guru akan berfikir ia sebagai subjek dan murid – murid adalah sebagai objek. fakta netral harus dimiliki oleh sang guru dalam menghadapi muridnya. Sebuah pemikiran yang bersih dari unsur- unsur subjektifnya. Ditahap ini materi – materi pembelajaran akan diberikan sebagai bentuk stimulus dari guru terhadap muridnya. Guru akan menjelaskan dan mencotohkan tentang bagaimana musik rangkaian sebab – akibat dalam pengajaran akan didapatkan sebagai hasil. Rangkaian sebab (pemberian stimulus) – akibat ini akan menghasilkan sebuah respon dari murid dimana respon ini akan membentuk sebuah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pembelajaran. Teori – teori tersebut akan dipraktekkan secara instrumental dan universal di kelas – kelas selanjutnya.
Kasus singkat diatas adalah contoh dari sebuah pengajaran di kelas dengan penerapan teori behaviorisme. Guru memberikan sebuah stimulus berupa materi – materi pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa perubahan tingkah laku dari murid – muridnya. Perubahan tingkah laku dalam bentuk dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat bagaimana proses murid – murid mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang diperoleh. Reinforcement positive atau negative yang akan diberikan tergantung dari bagaimana perubahan tingkah laku yang dihasillkan.

2.5 TEORI BEHAVIORISME DAN PEMEROLEHAN BAHASA IBU
Pakar psikologi tingkah laku, Skinner adalah pakar tingkah laku yang paling menonjol dalam masalah ini, terutama setelah bukunya yang berjudul Behavior modification (modifikasi tingkah laku) diterbitkan. Dalam buku ini, ia menjelaskan pendapat dan teorinya yang paling penting dalam mempelajari adat kebiasaan. Dalam bukunya yang lain, ia mengemukakan istilah baru bernama verbal behavior (tingkah laku verbal). Teori ini menunjukkan bahwa penganut tingkah laku, termasuk Skinner, hanya memusatkan perhatiannya pada aktifitas bahasa yang bersifat lahiriyah. Bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar, antara lain tingkah laku verbal ini. Ini menunjukkan bahwa penganut aliran behavior ini sangat konsen terhadap lingkungan yang ad disekitar kehidupan anak, termasuk di dalamnya kedua orang tua, teman-teman, serta guru dan buku. Dengan kata lain, anak menerima pengetahuan bahasa dari lingkungan tempat tinggalnya, dan Karena itu, ia terpengaruh oleh lingkungan tersebut. Tetapi, ia tidak bisa mempengaruhi lingkungannya. Berdasarkan teori ini, yang hasilnya berdasarkan gerakan spontanitas dari hewan, bahasa menjadi bagian dari bentuk perilaku lahiriyah. Cara memperoleh bahasa itu pun tiddak berbeda dengan cara memperoleh kemahiran behavior lainnya, khususnya bagi anak-anak ketika mereka memperoleh bahasa ibu.
Menurut Skinner, bahasa adalah kemahiran (keahlian) yang berkembang dengan jalan trial and error (mencoba dan salah) reaksi atau respon yang baik hendaknya disertai dengan reinforcement (penguatan positif) penguatan positif itu akan menambah kekuatan respon pertama, dan respon negative atau kesalahan akan menyusut.
Sempurnanya respon positif bagi tingkah laku verbal anak, menurut pandangan Skinner, karena orang tua anak itu memberikan hadiah (reward) kepadanya atau memberikan semangat setiap kali ia mengucapkan kata-kata dengan benar, terutama pada tahap awal perkembangan usianya. Dalam hal ini, Skinner menunjukkan tiga cara yang dapat memberikan semangat untuk mengulang respon-respon itu.
1. Berupa pengucapan suatu lafal yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya.
2. Berupa ucapan yang diucapkan secara serampangan untuk meminta sesuatu kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Artinya, lafal-lafal yang ia ucapkan dihubungkan dengan suatu makna atau pemaham yang dimilikinya.
3. Anak mengulang kembali suatu yang ia tiru atau mengulang suatu terdahulu, ketika terulang kembali sesuatu itu.


2.6 TEORI STRUKTURAL
Pada akhir abad-19 M dan awal abad-20 M, di Eropa lahirlah teori bahasa yang dikenal dengan nama aliran analisis struktural. Aliran ini didirikan oleh seorang linguis Swiss, Ferdinand de Saussure. Ia memenuhi catatan kuliahnyadengan menulis sejarah ringkas studi bahasa di Eropa hingga sampai pada zamannya. Untuk menjelaskan perbedaan antara analisis structural-yang dasar-dasarnya berhasil ia letakkan secara kokoh- dan studi lain sesudahnya. Studi-studi masa lampau dari metode yang ia kembangkan diringkas dalam tiga fase. Pertama, fase untuk memusatkan perhatian terhadap tata bahasa tradisional. Kedua, fase untuk memusatkan perhatian terhadap filologi dan studi teks dengan cara menafsirkan dan mengomentarinya. Ketiga, fase untuk memusatkan perhatian terhadap filologi perbandingan.
Teori Strukturalisme adalah cara berpikir yg mendasari semua pemikiran abad modern, dan linguistik merupakan salah satu ilmu yang paling sistematis dalam bidang humaniora. Bahasa menjadi obyek bahasan pada teori strukturalisme. Strukturalisme menganalisa proses berfikir manusia dari mulai konsep hingga munculnya simbol-simbol atau tanda-tanda. Sacara tidak langsung Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa bahasa adalah kebiasaan yang diucapkan oleh sekelmpok masyarakat. Dan bahasa juga difungsikan untuk nenyampaikan informasi, mengungkapkan ide dan mengungkapkan berbagai macam jenis ilmu.
2.7 TEORI STRUKTURAL DAN BAHASA ARAB
Hubungan para linguis arab dengan kajian bahasa di Barat pada awal abad modern merujuk pada paruh kedua abad ke-19 M. meskipun demikian, metode deskriptif struktural mulai ditransfer kedalam studi bahasa arab pada paruh abad ke-20 M. Para linguis arab mulai menerbitkan buku-buku yang isinya menjelaskan tentang teori ini. Mereka menerbitkan buku-buku bahasa dalam jumlah yang cukup banyak, yang metode penyajian materi ilmiyahnya berbeda dengan pembaca Arab umumnya. Tetapi, pada umumnya, semuanya bersepakat pada satu hal, yaitu mengkritisi metode para ahli nahwu Arab dalam meletakkan kaidah bahasa Arab. Mereka juga berusaha untuk mempraktekkan metode deskriptif struktural terhadap bahasa arab.
Buku-buku tersebut menyatakan bahwa buku-buku nahwu Arab telah dipengaruhi olh logika Aristoteles karena para penulisnya yang sangat khusus terhadap ta’lil, taqdir, dan ta’wil. Mereka tidak memfokuskan perhatiannya pada penggunaan bahasa sebagaimana orang Arab dahulu. Bahkan, mereka hanya berpegang pada hasil penelitian yang kurang sempurna terhadap kata pada level-level tertentu.
Para penyeru metode deskriptif struktural mampu menyebarkan dasar-dasar linguistik modern dan pokok-pokok teorinya melalui tulisan-tulisannya dalam bahasa Arab seputar metode deskriptif. Dalam tulisan-tulisan itu, focus pembahasan mereka dalam kajian bahasa bersifat tematik menunjukkan adanya pendeskripsian struktur-struktur bahasa. Mereka menyusunnya menjadi tulisan ilmiyah tanpa mengevaluasinya. Karena itu, menurut mereka, bahasa arab itu sama dengan bahasa-bahasa lainnya.
Tokoh aliran struktural Amerika Serikat, dan perumus metode istimewa yang pengaruhnya tampak jelas dalam pembelajaran kajian bahasa modern di universitas-universitas dan di pusat-pusat kajian Islam di Amerika Serikat dan Eropa serta lembaga-lembaga internasional adalah Leonart Bloomfield. Bloomflield sangat menginginkan kajian bahasa sebagai studi ilmiyah mandiri, dan komitmen terhadap metode struktural deskriptif. Ia menegaskan bahwa studi bahasa hendaknya bersifat deskriptif induktif, karena menurut pandangannya,umumnya orang-orang berbicara sehari-hari menggunakan bahasaa lisan, tanpa melihat bahasa tulis, dan bukan pula bahasa standar yang diharuskan terhadap mereka oleh para ahli bahasa.
Bloomfield juga terkenal karena keterpengaruhannya terhadap aliran behaviorisme dalam psikologi yang diyakininya. Demikian juga karena hubungannya dengan ahli ilmu jiwa behavior sangat berpengaruh terhadap pemahamannya dalam hal bahasa, karakteristik bahasa dan metode dalam mengkaji bahasa. Menurut Bloomfield dan para pengikut-pengikutnya dari aliran behaviorisme, bahasa adalah bentuk lahiriyah dari tingkah laku manusia yang bersifat mekanik. Ia tunduk pada hukum stimulus-respons dan tidak ada hubungannya dengan pikiran dan akal manusia. Bahasa itu tidak lain bagian dari respons bunyi bagi peristiwa atau kejadian tertentu yang timbul dari kejadian tersebut, yang menimbulkan dorongan atau penguatan positif.
Dalam analisis bahasa, Bloomfield lebih memfokuskan diri pada studi perubahan unsure bahasa, di dalam struktur bahasa, disela-sela tempat dan letak kata yang ia tempatkan. Dalam perkembangaanya, peletakan kata itu dikenal dengan istilah distributionalism (metode kajian distribusional). Metode distribusional adalah metode kajian dalam analisis bahasa yang memberi perhatian penuh terhadap kajian unsure-unsur luar bahasa, seperti fonem, morfem, silabel, dan kata.
Didalam tataran kata misalnya, kita lihat bahwa سيارة danفرسا , keduanya memiliki distribusu yang sama. Keduanya berada dalam satu tingkatan bahasa yang sama, yaitu kata benda. Dalam hal ini kita bisa berkata ركبت سيّارة (saya telah mengendarai mobil) , kita juga bisa mengatakan ركبت فرسا (saya telah menunggang kuda).
Dalam tataran fonem, kita melihat bahwa fonem ص dan س , keduanya mempunyai distribusi yang sama. Huruf ص bisa bisa ditempatkan fonem didalam kalimat صار ketempat fonem س di dalam kata سار. Kedua huruf itu berada di dalam satu tataran bahasa yang sama, yaitu fonem.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
• Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Uji coba yang dilakukan Pavlov terhadap air liur anjing dapat ditentukan syarat-syarat eksperimen pendidikan yang sesuai dengan asas-asas aliran behaviorisme seperti stimulus, respons, dan reinforcement.
• Prinsip prinsip teori behaviorisme :
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
3. mementingkan pembentukan kebiasaan
• Sebuah pengajaran di kelas dengan penerapan teori behaviorisme. Guru memberikan sebuah stimulus berupa materi – materi pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa perubahan tingkah laku dari murid – muridnya. Perubahan tingkah laku dalam bentuk dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan pelajaran yang diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya. Guru tidak melihat bagaimana proses murid – murid mencerna materi pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang diperoleh. Reinforcement positive atau negative yang akan diberikan tergantung dari bagaimana perubahan tingkah laku yang dihasillkan.
• Teori behaviorisme dan pemerolehan bahasa ibu
 Meniru
 Berbicara secara serampangan untuk meminta sesuatu kepada orang-orang yang ada disekitarnya
 Mengulang
• Teori strukturalisme (teori kebahasaan)
 Bahasa adalah kebiasaan
 Bahasa adalah yang diucapkan
 Bahasa berubah-ubah
 Ide tersampaikan dengan bahasa
 Semua bidang keilmuan bisa diungkapkan dengan bahasa
• Teori strukturalisme dan bahasa arab
Bahasa adalah bentuk lahiriyah dari tingkah laku manusia yang bersifat mekanik. Ia tunduk pada hukum stimulus-respons. Dalam analisis bahasa, Bloomfield lebih memfokuskan diri pada studi perubahan unsur bahasa, di dalam struktur bahasa, disela-sela tempat dan letak kata yang ia tempatkan. Dalam perkembangaanya, peletakan kata itu dikenal dengan istilah distributionalism (metode kajian distribusional).
 Contoh dalam tataran kata
ركبت سيّارة (saya telah mengendarai mobil) bisa diganti menjadi ركبت فرسا (saya telah menunggang kuda).
 Contoh dalam tataran fonem
Huruf ص bisa ditempatkan fonem didalam kalimat صار ketempat fonem س di dalam kata سار

DAFTAR PUSTAKA
1. apadefinisinya.blogspot.com/2008/.../teori-behaviorisme.html
2. Kartono, kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: PT. mandar maju
3. Sukanto. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: bumi aksara
4. Dalyono, mohammad. 1997. Psikoloho Pendidikan. Jakarta: rineka cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar